June 04, 2010

Kalau Cinta Karena Allah (Sepenggal Catatan Mengenang Ibu Ainun Habibie)



Bibit cinta abadi dititipkan di hati kamu dan hati saya, pemiliknya Allah. Cinta yang abadi dan sempurna. Kamu dan saya, sepanjang masa. Nikmatnya dipatri dalam segala-galanya, satu bathin dan perasaannya.
(Inspirasi Cinta Bapak BJ Habibie dan Ibu Ainun)

Barangkali sudah sangat sering kita mendengar nasehat dari para orang tua kita bahwa segala sesuatu itu dilakukan dengan niat karena Allah maka hasilnya juga akan membahagiakan. Segala sesuatu yang dijalani dengan ikhlas dan tawakkal namun pro-aktif dengan adanya keyakinan bahwa semuanya akan berakhir dengan indah maka hasil yang didapat juga akan indah.

Beberapa waktu yang lalu, kita bangsa Indonesia dikejutkan dengan meninggalnya salah seorang mantan ibu negara kita yaitu ibu Ainun Habibie yang meninggal di Muenchen, Jerman, tepatnya pada 25 Mei 2010.

Sebelumnya, tidak banyak hal yang saya ketahui tentang beliau. Seperti klise pada umumnya dan memang sebaiknya demikian menurut ajaran agama bahwa bila ada orang yang meninggal dunia, ada baiknya kita hanya mengucapkan atau mengenang hal-hal yang baik dari si almarhum/almarhumah.

Demikian juga dengan almarhumah ibu Ainun Habibie yang saya baca dari berbagai berita surat kabar atau media online dan blog bahwa ada banyak pelajaran yang dapat kita contoh dari almarhumah. Selain sifat kedermawanannya dan perhatiannya pada bidang kesejahteraan sosial dan kesehatan, kisah cinta almarhumah dengan bapak Habibie juga suatu hal yang menginspirasi seperti bait-bait yang saya tampilkan di atas.

"Dibalik keberhasilan seorang pria, ada dua orang wanita yang berjasa yaitu ibu dan istri", demikian hal yang sering kita dengar atau baca. Maka, almarhumah juga menjadi salah satu kunci keberhasilan bapak Habibie dengan kariernya di bidang iptek atau bidang-bidang lainnya.

Dari beberapa tulisan yang saya baca, peran almarhumah demikian besarnya bagi bapak Habibie terutama di saat bapak Habibie menemui jalan buntu dan "patah arang". Almarhumah mampu memberikan dorongan morilnya. Demikian juga, bagaimana dikisahkan almarhumah mendampingi bapak Habibie dengan kondisi keprihatinan yang serba kekurangan dan hidup jauh dari tanah airnya di saat awal-awal pernikahannya. Hal demikian hanya bisa terjadi dengan adanya pengharapan kepada Allah dan meyakini takdir yang dijalani untuk hidup bersama adalah karena Allah, dipertemukan karena Allah dan cinta kasih yang diniatkan karena Allah. Maka, tak heran bila kutipan kata-kata di atas menjadi sebuah inspirasi bagi kita. Selamat jalan ibu Ainun...Semoga amal ibadahmu diterima Allah SWT dan bagi bapak Habibie dan keluarga, semoga diberikan kesabaran.