December 31, 2010

Nikmati Saja...





Jegarr....jegeerrr...

Darr...derr..dooorrr...!!!


Gemerlap suasana...

Membahana jagat raya...

Kerlap-kerlip cahaya...

Letusan petasan...

Tawa dan dansa-dansa...

Semua berpesta...

Sebagai 'ritual' tahunan...

Hanya untuk mengganti satu angka saja...

Penanda zaman ...


Tahun baru, semangat baru, harapan baru katanya...
=================================

Ah, sudahlah...

Akan selalu begitu....

Akan selalu ada 'ritual' yang sama...

Hanya untuk mengganti satu angka saja...

Penanda zaman...

================================

Akan selalu ada kerlap-kerlip cahaya...

Akan selalu ada suara-suara letusan petasan...

Akan selalu ada tawa dan dansa-dansa...

Akan selalu ada pesta yang sama...

Hanya untuk mengganti satu angka saja...

Penanda zaman...

=========================

Nikmati saja...

Mengapa Membuat Resolusi Tahun Baru Saya Anggap Penting








Bagi perusahaan manapun, akhir tahun adalah saat untuk mengevaluasi kinerja selama tahun yang akan ditinggalkan. Selanjutnya, mereka melakukan berbagai konsolidasi internal dan eksternal agar kinerja di tahun yang akan dijelang akan bisa lebih baik lagi.

Demikian juga bagi sebagian besar orang. Mereka melakukan evaluasi dengan melakukan refleksi atas setiap langkah yang telah dilalui dan menyiapkan langkah yang lebih baik lagi. Sebagian lagi menindaklanjutinya dengan membuat resolusi mengenai keinginan dan harapan sebagai target yang hendak dicapai di tahun selanjutnya. Tidak terkecuali dengan saya yang tentunya bukan sekedar latah.

Kenapa membuat resolusi itu saya anggap penting?

Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya dimana saya tidak membuat resolusi yang saya catatkan sehingga saya tidak bisa melakukan evaluasi setiap bulannya dan yang utama, saya hanya ingin lebih bisa menata diri saya dengan lebih baik (well-managed).
Berikut adalah beberapa alasan mengapa membuat resolusi itu penting bagi saya.

1. Sebagai patokan atau pedoman bagi saya mengenai harapan-harapan yang saya inginkan terhadap setiap hal yang saya lakukan sehingga saya bisa lebih fokus (tidak misleading).

2. Sebagai pedoman bagi saya untuk mencari sisi-sisi yang salah (what went wrong) bila ada hasil yang tidak sejalan dengan harapan yang telah saya tentukan.

3. Sebagai pedoman bagi saya untuk mencari rumusan baru atau terobosan baru bila rencana-rencana awal yang telah saya tetapkan tidak bekerja maksimal.

Beberapa hal yang menurut saya perlu saya catatkan sebagai bagian resolusi saya

1. Hubungan saya dengan Sang Khalik.

Ini merupakan hal yang paling utama dan krusial. Sebagai manusia ciptaan-Nya, sudah pasti segala acuan yang kita buat dan susun mesti mempertimbangkan keridhaan-Nya. Ini sebagai sujud syukur kita sebagai hamba-Nya.

2. Rencana keuangan saya

Faktor keuangan adalah hal yang krusial. Tidak seorang pun yang ingin berlaku seperti kata pepatah: ‘Besar pasak daripada tiang’. Begitu juga dengan saya. Dengan menuliskan dan "strict" dengan rencana keuangan harian dan bulanan, maka saya akan dapat lebih bijak lagi dalam menata "cashflow" saya.

3. Membuat skala-prioritas dalam pekerjaan saya

Membuat prioritas dalam pekerjaan yang saya maksudkan di sini adalah memprioritaskan hal-hal yang utama (first things first) yang berhubungan pekerjaan yang saya lakukan dengan membuat daftar "Do’s and Don’t’s".

4. Memperbaiki hubungan sosial.

Sebagai seorang muslim, tentunya saya harus sadar bahwa selain memperbaiki hubungan dengan sang Khalik, saya juga harus memperbaiki diri saya dengan sesama. Selain itu, sebagai makhluk sosial, sudah pasti kita memerlukan orang lain. Menyeleksi atau memprioritaskan teman-teman pergaulan bukan berarti saya memilih teman-teman berdasarkan strata sosial tetapi tentunya memprioritas untuk bersosialisasi dengan mereka yang akan memberikan manfaat bagi saya dan sesama.

Jakarta- Somewhere Around New Year’s Eve

December 30, 2010

Pentingkah Membuat Resolusi?





Tahun baru akan segera kita jelang. Dan lazimnya kita selalu mencoba mengevaluasi (bermahasabah) sekaligus mereka-reka langkah dan rencana apa saja yang kita inginkan untuk tahun selanjutnya atau akrab kita sebut dengan membuat resolusi.

Suatu resolusi pribadi tentunya hanya kita sendirilah yang mengetahuinya. Bagi saya sendiri, suatu resolusi tentunya harus berkaca dari pencapaian dan kenyataan yang saya dapati sepanjang tahun yang akan ditinggalkan ini sehingga resolusi itu bersifat realistis.

Barangkali Anda tidak sependapat dengan cara saya membuat resolusi karena mungkin ada yang bertanya, "mengapa tidak membuat resolusi yang sedikit 'bombastis'? Bukankah hal tersebut akan semakin memacu dan memotivasi kita? Bukankah alam bawah sadar (sub-conciusness) kita akan bekerja seperti apa yang kita kenal sebagai 'mind-games'!

Bagaimana dengan Anda sendiri? Apakah resolusi itu penting bagi Anda? Bukankah ada kutipan yang mengatakan: "men purpose, God disposes"? Seandainya Anda mengatakan kalau membuat resolusi itu penting, cara yang manakah yang Anda suka? Apakah Anda punya cara lainnya? Terima kasih sebelumnya...

December 29, 2010

Syukur dan Qana'ah



Syukur adalah salah satu sifat yang merupakan hasil refleksi dari sikap tawakal. Secara bahasa, syukur mengandung arti “sesuatu yang menunjukan kebaikan dan penyebarannya”. Sedangkan secara syar’i, pengertian syukur adalah “memberikan pujian kepada yang memberikan segala bentuk kenikmatan (Allah swt) dengan cara melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, dalam pengertian tunduk dan berserah diri hanya kepada-Nya”

Sedangkan Qana’ah menurut arti bahasanya adalah merasa cukup. Dan secara istilah qana’ah merasa cukup atas apa yang dimilikinya. Sikap qana’ah didefinisikan sebagai sikap merasa cukup dan ridha atas karunia dan rezeki yang diberikan Allah SWT.


Keutamaan bersyukur

Dengan tegas dan jelas, banyak sekali ayat Al Quran yang menjanjikan keutamaan bagi orang yang bersyukur.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al Qhashas [27] : 77)

Ayat tersebut di atas dengan tegas memerintahkan agar umat Islam berusaha meraih kebahagiaan hidup di akhirat. Adapun meraih kebahagiaan hidup di dunia bukanlah yang utama, tetapi tetap harus dilakukan dan jangan dilupakan. Umat Islam tidak dilarang menjadi orang yang kaya, dan bahkan dianjurkan mencari harta yang banyak untuk kemudian dipergunakan sebagai alat untuk berdakwah. Sebagaimana istri Nabi, Siti Khadijah, dan para sahabat lainnya yang merupakan saudagar kaya, mereka mempergunakan harta mereka demi kepentingan dakwah Islam yang dipimpin oleh Nabi Muhammad saw.

Namun, untuk menjadi kaya raya memang juga bukan perkara yang mudah. Dibutuhkan keuletan, kegigihan, kecerdasan, dan keberanian dalam menggali rezeki Allah swt. Setiap manusia diberikan hak dan kesempatan yang sama untuk meraup rezeki Allah sebanyak-banyaknya. Tak peduli orang Islam atau bukan, Allah akan memberikan kekayaan kepada siapa saja yang berbuat dan berusaha. Masalahnya, kita seringkali tidak maksimal dalam melakukan sesuatu sehingga kita pun tidak mendapatkan hasil yang maksimal pula, atau bahkan gagal sama sekali. Nah, saat menghadapi kegagalan itulah sering kita merasa bahwa usaha kita sudah maksimal sehingga pada akhirnya kita pun menyalahkan takdir.

Menyalahkan takdir adalah sesuatu yang salah. Allah swt. memberikan jalan yang luas bagi manusia untuk berbuat. Dan kalaupun hasilnya tidak maksimal, sebenarnya Allah tetap memberikan sesuatu bagi manusia, yaitu hikmah dan pelajaran.

“Today I can feel sad that I have no more money or I can be glad that the condition encourages me to plan my purchases wisely and guide me away from waste”. Hari ini aku bisa bersedih karena tidak lagi memiliki uang atau aku bisa senang bahwa kondisi itu mendorongku untuk merencanakan belanjaku secara bijak dan membimbingku agar tidak bersikap boros.

Dalam segala macam bentuk situasi dan kondisi, baik kelapangan atau kesusahan, yang dihadapi manusia, pasti ada hikmah yang bisa dipetik di dalamnya. Sebagaimana kutipan perkataan orang-orang bijak tersebut di atas, saat tidak memiliki uang pun sebenarnya kita justru bisa menggembleng diri sendiri agar bisa lebih bijak dalam mengatur pengeluaran dan agar tidak bersikap boros. Sikap seperti itu merupakan salah satu bentuk syukur manusia kepada Allah swt. atas kondisi yang ada. Ingat, segala macam situasi dan kondisi mengandung hikmah, dan oleh karenanya patut untuk disyukuri.

Mensyukuri segala yang diberikan Allah swt. adalah sesuatu yang bukan tanpa alasan. Dengan tegas dan jelas, banyak sekali ayat Al Quran yang menjanjikan keutamaan bagi orang yang bersyukur. Firman-Nya, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.S. Ibrahim [14] : 7).

Orang yang bersyukur diberikan keutamaan yang tinggi di sisi Allah karena memang sangat sedikit sekali manusia yang mau bersyukur. “…Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (Q.S. Al Baqarah [2] : 243)

Kaitan antara Syukur dan Qanaah

Qana’ah mempunyai ikatan erat dengan syukur. Keduanya, seperti dua sisi mata uang yang tidak mungkin berpisah. Syukur membuahkan qana’ah. Dan qana’ah memunculkan syukur. Seperti itu korelasinya. Tidak ada qana’ah tanpa syukur. Tidak ada syukur tanpa qana’ah. Syukur tanda kita menikmati keadaan yang mungkin kurang. Qana’ah buah kesyukuran yang membuat kita tenang. Batin yang tenang karena menerima keadaan, kondisi hati yang stabil karena tidak dibenturkan harapan yang tidak tercapai, keadaan jiwa yang menyenangkan karena tidak mengeluh dan menggugat keadaan yang tidak sesuai keinginan. Itulah keberkahan yang Allah berikan.

Syukur dan Qana’ah adalah dua sikap yang tak mungkin dipisah. Orang yang qana’ah hidupnya senantiasa bersyukur. Makan dengan apa adanya akan terasa nikmat tiada terhingga jika dilandasi dengan qana’ah dan syukur. Sebab, pada saat seperti itu ia tidak pernah memikirkan apa yang tidak ada di hadapannya. Justru, ia akan berusaha untuk membagi kenikmatan yang diterimanya itu dengan keluarga, kerabat, teman atau pun tetangganya.

Meski demikian, orang-orang yang memiliki sikap qana’ah tidak berarti menerima nasib begitu saja tanpa ikhtiar. Orang yang hidup qana’ah bisa saja memiliki harta yang sangat banyak, namun bukan untuk menumpuk kekayaan.

Kekayaan dan dunia yang dimilikinya, dibatasi dengan rambu-rambu Allah SWT. Dengan demikian, apa pun yang dimilikinya tak pernah melalaikan dari mengingat Sang Maha Pemberi Rezeki. Sebaliknya, kenikmatan yang ia dapatkan justru menambah sikap qana’ah-nya dan mempertebal rasa syukurnya.

Ibrahim bin Adham, seorang sufi dari Khurasan berkata dalam do’anya “Ya Allah, jadikan aku orang yang ridha dengan keputusan-Mu. Jadikan aku orang yang sabar menghadapi cobaan dari-Mu dan karuniailah aku rasa syukur atas berkah-Mu”.

Ridha, sabar dan syukur merupakan tiga unsur sifat yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Tiga unsur sifat inilah yang membuat seorang mukmin menjadi qana’ah, yaitu selalu merasa cukup atas semua pemberian-Nya.

Dari ketiga sifat tersebut, ridha merupakan unsur yang paling penting dalam pembentukan sifat qanaah. Karena orang yang sudah merasa ridha terhadap sesuatu, otomatis dia akan bersabar menghadapi sesuatu yang terjadi pada dirinya, baik manis maupun pahit. Apabila sifat ridha dan sabar sudah tertanam kuat dalam diri seseorang, niscaya itu akan mengangkatnya pada tingkat syukur dan lalu lahirlah sifat qana’ah.

Wallahu a’lam.

Narasumber :
Iis Sumiati (Disampaikan pada KOL Jum'at, 31 Juli 2009)
http://kotasantri.multiply.com/journal/item/112

Kecewa Tapi Bangga



Barangkali banyak yang kecewa saat menyaksikan pertandingan final leg kedua malam ini karena timnas akhirnya belum beruntung untuk meraih gelar pertamanya di ajang turnamen sepakbola antar negara ASEAN: AFF setelah kalah agregat 2-4 dari Malaysia.

Namun saya yakin banyak yang berbangga dengan upaya maksimal dan perjuangan tak kenal menyerah yang telah ditunjukkan oleh Bambang Pamungkas dan kawan-kawan.

Selamat Tim Merah Putih!!! Semangat juang kalian tetap membanggakan...

December 28, 2010

"Virus H2C" dan Laskar Merah-Putih



Tiga hari terakhir ini sebagian besar masyarakat Indonesia sedang terhinggap "virus H2C alias Harap-harap Cemas" menjelang dilakukannya pertandingan final sepakbola piala AFF leg kedua yang akan dilangsungkan di stadion kebanggaan negara, stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, hari ini.

"Virus H2C" yang menjangkiti sebagian masyarakat ini terjadi karena kekalahan telak 0-3 laskar merah-putih dari tuan rumah Malaysia saat melakoni pertandingan leg pertama pada 26/12/2010 lalu di stadion Bukit Jalil, Malaysia. Kekalahan telak ini diluar ekspektasi masyarakat mengingat penampilan-penampilan laskar merah-putih sebelumnya dianggap cukup mengesankan dan membanggakan.

Seperti kita ketahui, tim sepakbola nasional yang tadinya mungkin dipandang sebelah mata oleh banyak masyarakat tanah air sendiri, tiba-tiba menjelma menjadi sebuah magnet yang mampu menarik perhatian banyak kalangan. Padahal ini bukan kali pertama bagi tim yang sekarang diasuh oleh pelatih asal Austria, Alfred Riedl ini berhasil menembus babak final turnamen yang dulunya bernama piala Tiger itu.

Tingginya dukungan kepada Firman Utina dan kawan-kawan tidak terlepas dari pemberitaan media yang di hari-hari belakangan begitu membius masyarakat, bahkan sebagian kalangan menilai pemberitaan yang dilakukan kepada tim merah-putih terasa berlebihan. Belum lagi "ulah" beberapa kalangan yang tiba-tiba merasa berjasa dan berkepentingan dengan laskar merah-putih hingga "mengganggu" fokus tim saat turnamen belum berakhir.

Sekarang, masyarakat yang telah terbius itu semakin terpicu rasa nasionalisme-nya mengingat lawan yang dihadapi di final kali ini adalah Malaysia yang sejak beberapa tahun terakhir ini seolah mulai 'berulah' kepada Indonesia. Apalagi pada pertemuan di leg pertama itu, kemenangan Malaysia itu disinyalir berlangsung tidak sportif karena Safee dan kawan-kawan "dibantu" oleh para supporter yang membawa dan mengganggu para pemain laskar merah-putih dengan sinar lasernya yang konon menyerang tim merah-putih dari lima penjuru!

Kemenangan dengan angka minimal 4-0 pada laga leg kedua adalah harga mati bila laskar merah-putih ingin menoreh prestasi tahun ini sebagaimana harapan publik yang telanjur "kasmaran".

Namun demikian, pertandingan belum selesai karena masih ada 90 menit lagi untuk menentukan apakah tim merah-putih kali ini kembali mampu mengalahkan Malaysia yang beberapa saat sebelumnya mampu "dipermak" 5-1 di babak penyisihan group sehingga tim merah-putih mampu menuai prestasi lagi setelah "puasa" prestasi yang telah berlangsung sekian lama.

Prestasi membanggakan terakhir terjadi sembilan belas tahun silam saat tim merah-putih mampu meraih medali emas di ajang SEA GAMES yang berlangsung di Manila, Filipina. Prestasi kali ini mudah-mudahan akan dapat berlanjut di event-event yang kelasnya lebih tinggi lagi nantinya. Kita berharap prestasi kali ini menjadi sebuah momentum kebangkitan persepakbolaan nasional.

Semoga tim merah-putih mampu melakukannya dengan elegan dan fair dimana pertandingan berlangsung normal. Kita juga berharap para supporter mampu mengendalikan emosi dan bersikap dewasa apa pun hasil yang dituai nantinya. Akhirnya, selamat berjuang laskar merah-putih!!! Hiduplah Indonesia Raya...

Pasal 34 Ayat 1? Haye!!!





Lagu lawas berjudul “Misteri” milik salah satu kelompok dedengkot rock tanah air “God Bless” di atas sekejap hadir di benak tatkala melihat seorang anak usia sekolah yang kira-kira berusia di bawah usia 10 tahun mengorek-ngorek tong sampah di seberang warung Tegal tempat dimana saya makan di malam yang gerimis itu sekitar jam 10 malam. Anak-anak di usia sebaya barangkali telah tenggelam dalam mimpi indahnya, berkumpul dan bercengkrama bersama keluarga tercinta, belajar atau sedang asyik bermain game online yang kian marak dewasa ini. Tetapi si “Doel”, untuk menyebut anak itu masih harus “membanting tulang” bekerja mencari nafkah.

Barangkali fenomena anak-anak usia sekolah yang bekerja merupakan hal yang sangat biasa di Jakarta. Mereka bisa terlihat di jalanan sedang mengamen, menjajakan koran, menyemir sepatu, mengemis atau mengelap kaca mobil di jalanan pada jam-jam dini hari sekali pun! Celakanya lagi, barangkali Anda juga telah mengetahui bahwa keberadaan mereka banyak diorganisir oleh banyak pihak yang tega mengeksploitasi mereka :(…

Pertanyaannya, dimanakah keberadaan negara?

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 1 secara jelas telah mengamanatkan kepada negara untuk mengayomi dan melindungi fakir miskin dan anak-anak yang telantar. Pada kenyataannya, negara sepertinya memarjinalkan keberadaan anak-anak telantar. Jadi bisakah kita hanya menyalahkan mereka yang mengeksploitasi anak-anak itu? Pasal 34 ayat 1 tersebut seperti yang kita semua telah mengetahuinya berbunyi: “fakir miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh negara.”

Kembali ke si “Doel” tadi, rupa-rupanya si ibu pedagang Warteg melihat juga apa yang tengah saya saksikan karena kebetulan hanya ada saya yang menjadi pelanggannya malam itu. Si ibu, seolah mengetahui apa yang ada di benak saya, kemudian menghampiri saya dan berkata, “Sepertinya akhir-akhir ini semakin banyak saja anak-anak pemulung yang bekerja hingga larut malam.” Saya pun mengiyakan si ibu karena kenyataannya memang demikian. :(

Berbagai Pelaksanaan Hukuman Bagi Para Pezina pada Beberapa Peradaban



Oleh Abdul Moqsith Ghazali

Rajam adalah sanksi hukum berupa pembunuhan terhadap para pelaku zina muhshan (yaitu orang yang berzina sementara ia sudah pernah menikah atau masih dalam ikatan pernikahan dengan orang lain). Rajam dilakukan dengan cara menenggelamkan sebagian tubuh yang bersangkutan ke dalam tanah, lalu setiap orang yang lewat diminta melemparinya dengan batu-batu sedang (hijarah mu`tadilah) sampai yang bersangkutan meninggal dunia.

Hukum rajam pernah berlaku pada zaman Nabi Musa. Dalam Perjanjian Lama, Ulangan 22: 22 disebutkan, “Apabila seseorang kedapatan tidur dengan seorang perempuan yang bersuami, maka haruslah keduanya dibunuh mati: laki-laki yang telah tidur dengan perempuan itu dan perempuan itu juga. Demikianlah harus kau hapuskan yang jahat itu dari antara orang Israel”.

Bahkan seorang gadis perawan pun ketika berzina harus dihukum mati. Disebutkan dalam ayat 23 dalam pasal dan surah yang sama Perjanjian Lama, “Apabila ada seorang gadis yang masih perawan dan yang sudah bertunangan--jika seorang laki-laki bertemu dengan dia di kota dan tidur dengan dia, maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah harus kau hapuskan yang jahat itu dari tengah-tengah mereka”. Mungkin berdasar kepada dalil-dalil itu, ketika di Madinah Rasulullah SAW pernah merajam laki-laki dan perempuan Yahudi yang berzina.

Dalam al-Qur’an, ayat rajam tak tercantum. Namun, sejumlah kitab fikih menjelaskan bahwa pada mulanya ayat rajam itu temaktub dalam al-Qur’an. Dalam perkembanganya, ayat itu dihapuskan walau hukumnya tetap berlaku (naskh al-rasm wa baqa’ al-hukm). Ayat tersebut berbunyi al-syaiku wa al-syaikhatu idza zanaya farjumuhuma al-battatah nakalan min Allah (laki-laki dan perempuan yang berzina, maka rajamlah secara sekaligus, sebagai balasan dari Allah). Ayat inilah yang menjadi pegangan para ulama pendukung hukum rajam. Sebuah hadits menyebutkan, “inna al-rajm haq fi kitabillah `ala man zana idza ahshana min al-rijal wa al-nisa’, idza qamat al-bayyinah, aw kana al-haml, aw al-i`tiraf”. Bahwa sesungguhnya rajam itu ada di dalam Kitabullah, yang wajib diperlakukan buat laki-laki dan perempuan yang berzina muhshan, ketika sudah cukup bukti, atau sudah hamil atau mengaku berzina.

Dikisahkan bahwa hukum rajam pernah diterapkan pada zaman Nabi. Yaitu, ketika Ma`iz ibn Malik al-Aslami dan Ghamidiyah yang mengaku (i`tiraf) kepada Nabi bahwa dirinya telah berzina dengan seorang perempuan. Dengan itu, mereka meminta untuk dirajam. Nabi berkali-kali menolak dan tak segera memenuhi permintaan yang bersangkutan. Namun, mereka tetap ngotot bahwa dirinya telah melakukan zina muhshan. Akhirnya Nabi “terpaksa” menyanksinya dengan dirajam. Mungkin Nabi berharap agar yang bersangkutan tak mengaku berzina secara terus terang. Toh, dalam kesendiriannya ia bisa bertaubat kepada Allah SWT atas dosa-dosanya.

Kini banyak orang bertanya tentang perlu dan tidaknya menerapkan hukum rajam. Saya kira ada beberapa hal yang perlu dikemukakan. Pertama, rajam dalam Islam termasuk syar`u man qablana (syariat pra-Islam). Al-Qur’an banyak mengintroduksi hukum-hukum yang berlaku pada era sebelum Islam, seperti hukum Yahudi. Di samping soal rajam, al-Qur’an misalnya mengutip syariat Nabi Musa yang memperbolehkan bunuh diri. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an (al-Baqarah: 54), “Ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kalian telah menganiaya diri kalian sendiri karena kalian telah menjadikan anak lembu sebagai sesembahan kalian, maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menciptakan kalian dan bunuhlah diri kalian sendiri. Hal itu adalah lebih baik bagi kalian pada sisi Tuhan yang menciptakan kalian. Maka Allah akan menerima taubat kalian. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang”.

Para ulama fikih sendiri berbeda pendapat tentang posisi syar’u man qablana sebagai dalil hukum (hujjah syar’iyah). Sebagian ulama berpendapat bahwa syar`u man qablana menjadi bagian ajaran Islam jika itu sudah disebut dalam al-Qur’an. Sebagian yang lain berkata, bahwa syar’u man qablana bukanlah syari’at kita (umat Islam) karena itu kita tak boleh menjadikannya sebagai dalil hukum. Dengan argumen itu tak sedikit para ulama yang menolak pemberlakuan syar’u man qablana. Dengan itu, menurutnya, hukum rajam tak perlu diterapkan sebagaimana kita tak menerapkan hukum bunuh diri sebagai jalan taubat, sekalipun itu sudah tercantum dalam al-Qur’an.

Kedua, rajam tak efektif menjerakan para pelaku perzinaan, karena yang bersangkutan sudah meninggal dunia. Ia tak sempat lagi memperbaiki diri. Padahal, jelas dikemukakan para ahli fikih bahwa sanksi-sanksi hukum dalam Islam berfungsi untuk menjerakan para pelaku pidana (al-hudud zawajir la jawabir). Ketiga, rajam akibat perzinaan muhshan dalam konteks sekarang potensial merugikan perempuan. Kaum perempuan tak mudah untuk menghindar dari tuduhan zina sekiranya telah terjadi kehamilan sementara yang bersangkutan diketahui publik tak punya suami. Sementara pezina laki-laki bisa menghindar dari dakwaan zina, terlebih menghadirkan empat orang saksi yang melihat secara persis perzinaan itu, seperti dikehendaki al-Qur’an, bukanlah perkara mudah.

Keempat, kelompok Mu’tazilah dan Khawarij berpendapat ayat apalagi hadits yang menegaskan tentang hukum rajam bagi pezina muhshan sudah dihapuskan oleh ayat al-Qur’an (al-Nur: 2), yaitu “al-zaniyatu wa al-zani fajlidu kulla wahidin minhuma mi’ata jaldatin wa la ta’khudkum bihima ra’fatun fi din Allah in kuntum tu’minuna bi Allah wa al-yawm al-akhir wa al-yasyhad `adzabahuma tha’ifatun min al-mu’minin” (pezina perempuan dan laki-laki, pukullah sebanyak 100 kali pukulan. Janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat. Hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang beriman). Memang al-Qur’an sendiri, seperti dalam Mushaf Utsmani, tak membedakan antara pezina muhshan dan ghair muhshan. Pertimbangan ini sekalipun hadir dengan argumen yang belum kukuh bisa dipertimbangkan sebagai salah satu argumen untuk menolak penerapan hukum rajam.

Kelima, al-Qur’an tak memberikan hukum tunggal bagi orang yang berzina. Sepakat bahwa zina adalah perbuatan keji (fahisyah), ternyata salah satu sanksi hukum bagi pezina dalam al-Qur'an, baik yang muhshan maupun yang bukan, adalah tahanan rumah seumur hidup. Disebutkan dalam al-Qur’an (surat al-Nisa’: 15), “Dan terhadap perempuan yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi di antara kamu yang menyaksikannya. Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah perempuan-perempuan itu sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepada mereka”.

Bahkan di ayat berikutnya (ayat 16) tak dijelaskan jenis hukuman bagi para pezina, “Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kalian, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang”. Qatadah dan al-Sudi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan adzuhuma dalam ayat itu adalah dengan cara mempermalukan, menjelek-jelekkan, dan mencacinya (al-taubikh wa al-ta`yir wa al-sabb). Kalu kita bersepakat dengan ulama yang menolak konsep nasikh-mansukh dalam al-Qur’an, maka ayat ini tak bisa dianulir oleh ayat dan hadits yang memerintahkan rajam dan hukuman dera sebanyak 100 kali deraan. Mujahid misalnya berpendapat bahwa ayat 15 surat al-Nisa’ adalah sanksi hukum bagi pezina perempuan, sementara ayat 16 surat yang sama adalah sanksi hukum bagi para pezina laki-laki. (Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, Jilid III, hlm. 80)

Akhirnya, bisalah dikatakan bahwa ayat yang terkait dengan sanksi hukum seperti rajam merupakan fikih jinayat al-Qur’an yang pada tingkat implementasinya tak otomatis bisa dijalankan. Artinya, umat Islam bisa mencari sanksi-sanksi hukum yang paling mungkin dan efektif untuk menjerakan para pelaku kriminal. Bisa dengan cara dipenjara atau yang lainnya. Ibn Zaid pernah mengusulkan agar orang yang berzina dilarang menikah sampai yang bersangkutan meninggal dunia. (Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, Jilid III, hlm. 79). Sebagian ulama, seperti Muhammad Syahrur, berpandangan bahwa hukum potong tangan dan rajam merupakan hukum maksimal (al-hadd al-a`la) yang hanya bisa dijalankan ketika sanksi-sanksi hukum di bawahnya tak lagi efektif untuk mengurangi tingkat kriminalitas.

Dengan memperlakukan ayat-ayat jinayat sebagai fikih al-Qur’an, maka kita tak lagi terikat untuk memaksakan penerapan sanksi-sanksi hukum itu seperti yang secara harafiah disebut dalam al-Qur’an. Kita bisa mencari jenis-jenis hukum lain yang lebih relevan dan sesuai dengan konteks keindonesiaan kita. Yang penting tujuan dari sanksi-sanksi hukum Islam untuk menjerakan para pelaku tindak pidana sudah tercapai. Wallahu A`lam Bishshawab

Tentang Pencitraan


Pencitraan. Ya kata ini sedemikian akrab dibicarakan dalam beberapa tahun terakhir. Kata ini mungkin menjadi kata yang sangat dekat hubungannya dengan penguasa negeri. Ingat nama seorang penguasa, ingat dengan kata pencitraan. Dengan demikian sang penguasa sudah begitu bagus menancapkan “brand awareness” (kesadaran merek/image) kepada publik. Mengapa demikian?

Dalam ilmu Hubungan Masyarakat (Public Relations), pencitraan adalah sebuah seni untuk menciptakan atau merekayasa agar publik dapat mengenal suatu produk, nilai, atau sesuatu lainnya yang ingin diperkenalkan atau dijual dengan baik kepada publik sehingga publik dapat lebih mempercayai akan keunggulan produk, nilai, atau sesuatu yang hendak diperkenalkan atau dijual itu.

Kata pencitraan tak bisa dipisahkan dalam dunia Industri dimana kita akrab mengenal Istlah 4P yang terdiri dari Product (Produk), Price (Harga/Nilai), Promotion (Promosi), dan Placement (Penempatan).

Dalam menilik sekilas mengapa nama sang penguasa begitu identik dengan kata pencitraan, maka kita perlu salut dengan yang bersangkutan dan juga terutama kepada “tim yang berada di belakang layar” sang penguasa. Hal ini tentu sah-sah saja bila hal itu masih dalam masa-masa menjual atau dalam bahasa politiknya; masa-masa kampanye dimana publik sebagai objek pemasaran (placement) diharapkan tertarik dan memilih si penguasa (product).

Sementara, bila si “produk” berhasil meraih apa yang diinginkannya yaitu berhasil meraih hati publik yang telah memilihnya, maka tibalah saatnya bagi si “produk” untuk dapat mewujudkan keinginan publik tersebut dengan janji-janji yang telah berhasil meraih simpati publik yang telah memilihnya tersebut.


Tidaklah berbeda halnya dengan sebuah produk, katakanlah produk jasa seperti jasa Asuransi. Misalnya, seorang pemasar jasa asuransi dalam memasarkan produknya demikian getol dan bersemangat memburu orang-orang yang hendak menjadi target pemasaran produk perusahaan tempat si pemasar bernaung. Bila berhasil, maka itu berarti perusahaan asuransi dari si pemasar akan meraih keuntungan. Tetapi seperti kata orang, meraih lebih mudah daripada mempertahankan. Sewaktu si obyek atau konsumen asuransi suatu hari melakukan claim, maka perusahaan asuransi tersebut harus dapat mewujudkan apa-apa yang telah dijanjikannya sehingga mampu membuat si konsumen tertarik untuk menggunakan jasa perusahaannya.

Demikian juga dengan si penguasa yang telah berhasil menancapkan “brand awareness” tadi. Karena disitulah esensi terhadap kepercayaan tadi. Logikanya sama dengan claim konsumen asuransi saat mana ia menagih janji perusahaan asuransi. Bila perusahaan asuransi berhasil meyakinkan atau memuaskan si konsumen, maka tingkat kepercayaan konsumen itu tentu akan meningkat dan tidak mustahil untuk mengatakannya kepada teman-temannya sehingga produk dari perusahaan asuransi itu semakin dikenal luas atau bahkan mendapatkan “brand awarenes” publik. Sebaliknya, bila gagal mewujudkan janji-janjinya, bukanlah hal yang mustahil pula bahwa si konsumen akan complain atau bahkan membeberkan cela perusahaan asuransi tersebut kepada publik.

Bila kita melihat hal ini pada kasus demonstrasi yang terjadi pada tanggal 20-10-2010 kemaren, maka kita dapat mengerti mengapa publik melakukan hal demikian. Ketidakpuasanlah jawabannya. Hal demikian adalah hal yang wajar-wajar saja. Sayangnya, demonstrasi yang dilakukan bersifat anarkis. Tetapi hal itu sebaiknya menjadi teguran bagi penguasa. Saatnya sekarang publik menagih janji-janji penguasa. Saatnya “image” atau kemasan itu keluar dengan tindakan nyata. Pencitraan tanpa bukti adalah omong kosong. Pencitraan akan datang sendirinya dengan tindakan nyata seperti hal yang telah dilakukan oleh penguasa Chile, Sebastian Pinera. Kini citranya tidak saja semakin baik di negaranya, tetapi juga di dunia internasional, tidak saja membanggakan dirinya tetapi juga seluruh warganya. Harga diri dan martabat warga Chile pun otomatis terangkat.

Saatnya penguasa kita bertindak sebagai seorang negarawan.

Kebijakan Transportasi Publik Ibu Kota...Quo Vadiz?



Setiap kali akan melewati jalan Palmerah di perempatan Slipi, setiap kali pula hati selalu dongkol membayangkan betapa semrawut dan macetnya ujung jalan menuju pasar Palmerah gara-gara sekumpulan mikrolet yang kerap bercokol di sana. Selalu saja begitu. Dari waktu ke waktu tidak ada perubahan. Lebih mengherankan lagi, ada pak polisi yang kerap hadir di sana. Pernah suatu ketika, seorang aparat militer sampai turun dan menembakkan pelurunya ke udara mungkin karena sedemikian kesalnya dan terburu-buru.

Itu baru kawasan Palmerah, lalu bagaimana dengan kawasan-kawasan lainnya yang menjadi titik-titik pemberhentian atau istilahnya “ngetem” lainnya di ibu kota seperti di Lenteng Agung, Cilandak, Lebak Bulus dan lain sebagainya?

Berbicara mengenai mikrolet dan juga moda angkutan bis kota di ibu kota seakan tidak ada habisnya. Barangkali kalau pemerintah daerah DKI benar-benar serius mengatur kebijakan transportasi publik di ibu kota dengan menyediakan jasa layanan transportasi yang aman, nyaman dan ramah bagi warganya barangkali banyak warga tidak akan sampai membeli kendaraan sehingga semakin membuat Jakarta bertambah macet dari tahun ke tahun. Tetapi apa memang demikian? karena mungkin ada juga kepentingan bisnis di balik ‘pembiaran’ itu semua.

Bagi industri otomotif jelas, bahwa hal demikian merupakan peluang bagi mereka untuk semakin ekspansif menjual produk-produk mereka. Sementara, bagi pihak pengusaha kendaraan umum, kebijakan untuk menggusur usaha mereka tentu akan ditentang habis, demikian juga mereka yang hidup dari usaha itu seperti supir, kenek, timer, ‘preman’ seperti para oknum polisi di jalan Palmerah itu, dan para penjual onderdil serta banyak sektor ikutan lainnya.

Beberapa tahun yang lalu, saat Sutiyoso mencanangkan dan telah mengoperasikan layanan bus TransJakarta atau akrab disebut dengan Bus Way yang diadopsi dari negara Kolumbia, sebagian masyarakat pengguna jasa transportasi umum banyak berharap akan terjadi perubahan dan sedikit banyak akan mengatasi beberapa titik kemacetan yang disebabkan oleh transportasi umum di ibu kota. Namun, hampir tujuh tahun berjalan, karena seingat saya, Bus Way pertama kali resmi diluncurkan pada tanggal 15 Januari 2004 silam, sepertinya hanya menjadi harapan semata. Perubahan tidak terjadi malah, kebijakan itu seperti terlihat semakin memperaparah keadaan saja. Lihat saja suasana jalanan di sepanjang jalan Warung Buncit sekarang! :(

Lebih celaka lagi, banyak sarana Bus way yang tidak jelas kapan akan digunakan. Banyak diantaranya yang telah rusak seperti yang terlihat di sepanjang jalan MT. Haryono, Gatot Subroto, S. Parman, Ahmad Yani dan lain-lainnya. Demikian juga dengan rencana pembangunan monorail dimana tiang-tiangnya telah telanjur mengganggu keindahan di sepanjang jalan Rasuna Said dan Asia-Afrika.

Pertanyaan mendesak sekarang perlu kita pertanyakan kepada pengelola ibu kota, khususnya sektor transportasi umum, kapan? serius gak sih?

Kerinduan nan Sungkan




Sejenak ingat dirimu

Ingin rasanya kembali

menyapa dirimu

becanda seperti dulu lagi

tanpa jarak, tanpa prasangka

tertawa lepas, riang mengisi hari-hari …

Kini,

yang tersisa hanyalah sebuah kerinduan…

aku rindu…

begitu rindu….

kerinduan nan sungkan….

Aaaaaarghhh!!!

Musisi 80-an Sepertinya Harus Turun Gunung Lagi… (Catatan Pinggir “Live Performance” Fariz RM @Friday Jazz Night, Pasar Seni Ancol)



Foto: Neilstha Firman–80-an

Barangkali banyak pihak yang akan sepakat menyatakan bahwa salah satu era emas musik Indonesia itu terjadi pada era 80-an dimana suguhan musik-musik yang dihadirkan ke masyarakat begitu variatifnya, baik dari jenis musik maupun tematiknya. Masyarakat tentu masih ingat era lagu-lagu “menye-menye” ala Pance Pondaag, Obbie Messakh, Deddy Dores yang umumnya dirilis oleh label JK Records, begitu juga Rhoma Irama dan kawan-kawan dari musik dangdut, Krakatau, Karimata mewakili jazz fusion, God Bless, Makara dan lain-lain mewakili rock, hingga musik-musik pop progressive ala Fariz RM, Iwan Fals, Mus Mujiono, Oddie Agam dan banyak lagi.

Selain lagu-lagu pop sentimentil ala JK Records, umumnya musik-musik dari genre musik lainnya juga menghadirkan tematik yang menyuarakan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat seperti “Judi” yang dibawakan oleh Rhoma Irama, Makara dengan ‘Sangkakala”, “Fabel” dan tentu saja “Laron-laron”, Iwan Fals dengan “Wakil Rakyat”, “Bung Hatta”, “Kereta Tiba Pukul Berapa?” dan lain-lain, God Bless dengan “Kehidupan”, “Semut Hitam”, “Badut-badut Jakarta” dan masih banyak lagi yang bertutur atau menyentil situasi sosio-politik dan mampu mendeskripsikan kehidupan ‘wong cilik’ yang masih mayoritas di negeri ini. Sementara nama-nama seperti Fariz RM, Mus Mujiono, Oddie Agam dan kawan-kawan yang walaupun umumnya hadir dengan lagu-lagu bertema cinta, tetapi karena sajian musiknya yang ‘rancak’ dan variatif, maka karya-karya mereka itu masih asyik disimak hingga sekarang.

Membandingkan dengan lagu-lagu Indonesia sekarang yang umumnya ditampilkan oleh berbagai band pria, menurut saya, karya-karya band-band itu sepertinya hanya bertahan dalam waktu yang relatif singkat saja. Mungkin hal ini terjadi karena keseragaman tematik dan genre musik yang dihadirkan sehingga gampang membuat orang bosan. Terasa sekali dominasi industri musik sehingga band-band itu tampil sesuai dengan selera pasar yang sebenarnya mulai jenuh untuk tidak mengatakan sebagai sudah ‘jengah’. Musik Indonesia sekarang sepertinya hanya bicara soal kuantitas ekonomis saja.

Sebagai sebuah karya seni, musik sejatinya dapat menjadi salah satu inspirasi kehidupan, pembuai imajinasi inspiratif yang dapat mengiringi perjalanan kehidupan seorang penikmatnya. Musik-musik yang segar menurut saya akan dapat menjadi media hiburan yang membakar semangat seseorang dalam mengarungi kehidupannya. Namun begitu, ada juga upaya dari berbagai pemusik yang mencoba mencari alternatif untuk menyegarkan musik Indonesia dengan tampil secara independen seperti nama-nama band Koil, KJP dan lain-lain yang sayangnya, karena distribusi dan promosi yang terbatas, gaung mereka seperti tidak bergema sama sekali dibandingkan dengan ‘mainstream’ musik yang tengah “bertahta”.

Salah satu upaya lainnya dalam menyegarkan kembali musik Indonesia adalah dengan dengan menggiatkan kembali panggung-panggung musik yang menghadirkan berbagai musisi lintas zaman dan genre. Barangkali itulah salah satu alasan yang membuat Donny Hardono dengan Donny Sound System (DSS) -nya dan Pasar Seni Ancol menggelar kembali Friday Jazz Night di Pasar Seni Ancol yang sudah cukup lama tenggelam. Panggung musik ini yang walaupun bertitel Jazz menghadirkan berbagai musisi lintas genre. Sebulan yang lalu, panggung Pasar Seni menampilkan salah seorang musisi kharismatik Indonesia, Fariz RM yang didukung sejumlah musisi seperti gitaris Donny Suhendra, perkusionis Iwan Wiradz dan kawan-kawan yang tegabung dalam Anthology Band.

Pilihan untuk menampilkan musisi Fariz RM, menurut saya, adalah suatu hal yang sangat tepat sekali menuju upaya itu. Musisi multi-instrumentalis ini terasa istimewa menilik perjalanan karir bermusiknya yang telah menerbitkan sekitar 1700 karya musik selama rentang 30-an tahun karir bermusiknya ini. Selain itu, kiprah “pengembaraan”-nya di sejumlah band dan kerjasama dengan berbagai musisi lintas genre hingga “rangkap” jabatannya pada berbagai posisi instrumen musik di banyak group band, yang dilakukannya pada satu periode waktu tertentu mungkin menjadi alasan panitia menampilkannya.

Panggung ketika itu terasa sangat asyik dan mendekatkan para penikmat musik dengan para musisi yang tampil. Musisi tidak tampil dalam balutan selebritinya tetapi dalam kapasitasnya sebagai seniman hingga suasana yang tercipta “menyatu” seperti yang diinginkan Fariz RM saat mengawali penampilannya, “Saya menginginkan keakraban di sini dan semoga para penonton bisa “menyatu” menikmati karya-karya saya.” Tak lupa, Fariz juga mengajak para penonton untuk beramal sebagai bentuk kepeduliannya sebagai seorang warga negara Indonesia yang tengah dilanda musibah dan malam itu, para penonton mampu menggalang dana senilai 4 juta lebih. Setelah itu, para penonton “hanyut mengalir” menyimak dan bernyanyi bersama sang idola hingga tak terasa waktu berjalan hingga jam 10:30 saat panggung usai.



Fariz RM sendiri tampil prima layaknya dua puluhan tahun silam. Penonton juga mendapat kejutan dengan kemunculan tiba-tiba salah seorang musisi kharismatik Indonesia lainnya, Mus Mujiono yang hadir sebagai penonton. Fariz mendaulat sahabatnya itu untuk tampil bersama. “No, gue tahu loe ada di situ, ayo sini ke panggung,” ajak Fariz kepada Mus Mujiono. Dan penonton pun mendapatkan kepuasannya dengan penampilan “George Benson” Indonesia itu membawakan salah satu “lagu wajib”-nya, ‘Masquarade’.

Bagi saya, penampilan Fariz RM bersama Anthology Band menjadi sebuah ‘oase’ dahaganya saya akan penampilan musik-musik Indonesia berkualitas. Ditengah menikmati suguhan musik yang dihadirkan saya membayangkan musisi-musisi seperti Fariz RM, Mus Mujiono, dan lain-lainnya sepertinya memang harus “turun gunung lagi” dengan membuat karya-karya rekaman terbaru mereka sehingga karya-karya musik Indonesia kembali semarak.

Sebuah kejutan lagi bagi saya seolah menjawab apa yang ada di benak saya malam itu ketika Fariz RM melontarkan bahwa ia sedang bekerjasama dengan Erwin Gutawa untuk menggarap album terbarunya yang rencananya akan dirilis Januari 2011. Wah…Sangat ditunggu nih…:)

Rinus Michel, Total Football Belanda dan Barcelona



Rasanya para penggemar bola di dunia sekarang ini akan sepakat bila Barcelona disebut sebagai klub yang paling impresif dan menghibur. Apalagi bila menyaksikan bagaimana tim yang sekarang ditangani oleh Joseph Guardiola yang notabene adalah salah satu anak didik Johan Cruyff, seorang maestro Total Football yang pernah menangani klub Catalan tersebut pada akhir 80-an dan awal dekade 90-an, itu mampu membuat rival utamanya di tanah Spanyol, Real Madrid keteteran dan kemasukan lima gol tanpa balas saat kedua tim bertemu dalam laga klasik, El Clasico akhir November silam. Padahal seperti yang kita ketahui, Real Madrid saat ini ditangani oleh Jose Mourinho yang disebut tahu betul tentang rahasia dapur Barca karena ia adalah anak didik dari seorang meneer Belanda lainnya yang pernah menangani Barca, Louis van Gaal saat Mourinho menjadi penerjemah dan asisten sang meneer.

Gaya sepakbola Total Football Belanda itu ternyata juga mengilhami timnas Spanyol yang ironisnya mampu mengalahkan tuannya sendiri pada Final Piala Dunia Juli lalu. Pasalnya, di timnas Spanyol sekarang, bercokol banyak pemain Barcelona yang sekaligus menjadi pemain-pemain utama negeri matador itu. Mereka antara lain adalah kapten tim, Charles Puyol, duo maut lapangan tengah:Andreas Iniesta, Xavi Hernandez, Pedro dan lain-lain.

Ya, sepakbola ala Barcelona atau acap disebut juga dengan Barca ini memang sangat kental dengan sepakbola negeri kincir angin Belanda. Hal itu diakui sendiri oleh Cruyff, “Ya, saya pikir sangat fantastis bagi Spanyol karena menerima sesuatu yang bukan milik Anda (transfer ilmu “Total Football”). Tentu ini merupakan hasil proses panjang. Spanyol menyediakan sepak bola yang bagus untuk Belanda dan Barca.”

“Orang Catalonia yang sekarang berusia 45 atau 50 tahun mulai melihat sepak bola Belanda untuk pertama kalinya sekitar 36 tahun lalu, ketika saya masih bermain di sana. Kemudian pada tahun 1990-an, mereka kembali melihat (gaya sepak bola Belanda) pada Barcelona ketika saya melatih. Jadi, sepakbola Spanyol sekarang lebih Belanda ketimbang Spanyol. Mereka tumbuh dalam sepak bola Belanda,” lanjut Cruyff.

Johan Cruyff masih dianggap sebagai pelatih tersukses Barca sampai saat ini. Selama sembilan tahun membesut Barca (1987-1996). Ayah dari Jordy Cruyff, yang sempat merumput di Old Trafford itu, mampu memberikan 11 piala (empat gelar La Liga, satu piala Liga Champions, satu Piala Winners, satu Piala Raja, satu Piala Super Eropa dan tiga Piala Super Spanyol). Dengan catatan demikian, tak heran bila Barca selalu ‘patuh’ akan nasehat dan arahan Cruyff hingga saat ini. Kesuksesan Pep Guardiola sekarang tak lepas dari jasa meneer Belanda lainnya, Frank Rijkaard yang direkomendasikan Cruyff.

Barcelona adalah salah satu klub pelopor dibentuknya kompetisi La Liga atau Divisi Satu pada musim 1928/29, bersama dengan Real Madrid dan Athletic Bilbao. Barca berhasil menjadi juara pada musim pertama La Liga. Ketiga klub tersebut belum pernah terdegradasi sampai saat ini. Tapi dalam soal prestasi, hanya Real Madrid yang mampu menyaingi Barca. Baik Barca maupun Real Madrid menjadi dua klub tersukses di Spanyol, Eropa dan dunia.Barcelona bahkan selum pernah absen dalam berbagai kompetisi Eropa sejak tahun 1955, baik di Liga Champions, Piala UEFA, Piala Winners, sampai sekarang. Stadion Camp Nou adalah markas Barca yang mampu menampung sekitar 98.700 penonton.

Kapan Total Football Mulai Mempengaruhi Gaya Barcelona

Era sepakbola Belanda di Barcelona dimulai ketika Rinus Michel, si arsitek Total Football itu mulai merantau ke Spanyol dan berlabuh di Barcelona pada 1971 setelah sukses bersama Ajax Amsterdam. Anak didiknya di Ajax yang mampu menerjemahkan kemauan si arsitek, Cruyff menyusul dan mulai meraih sukses dengan meraih sukses pertamanya di tanah Spanyol dengan meraih gelar Liga Spanyol pada tahun 1974.

Johan Cruyff sendiri lebih dari satu dekade kemudian mengikuti sang guru untuk menakhodai Barca pada 1987 setelah sukses bersama Ajax dengan gelar Piala Winners Eropa. Cruyff pun kemudian membawa jenderal pertahanan timnas Belanda ketika itu, Ronald Koeman. Koeman lah yang menjadi penentu sukses Barca untuk merebut Piala Champions untuk pertama kalinya pada tahun 1992. Koeman yang terkenal dengan tendangan geledeknya itu mampu menjebol gawang salah satu kiper terbaik dunia masa itu, Pagliuca sekaligus membuyarkan harapan klubnya Sampdoria untuk meraih gelar Piala Champions untuk pertama kalinya.

Setelah tidak lagi menjadi pelatih, kerjasama Cruyff dan Belanda di Barca tetap berlanjut. Atas rekomendasi Cruyff, Louis van Gaal kemudian juga sempat melatih Barca dengan memboyong beberapa skuad Tim Oranye seperti Patrick Kluivert, Bogaard, Cocu, De Boer bersaudara dan lainnya. Dan terakhir adalah Frank Rijkaard. Rijkaard datang saat Barca dalam keadaan ‘runyam’. Sentuhan Rijkaard kemudian sukses memberikan gelar La Liga pada tahun keduanya dan mempersembahkan Champions Cup pada tahun 2006. Rijkaard masih dianggap sebagai bagian dari raihan prestasi Joseph Guardiola saat ini. Keindahan sepakbola Barca sekarang bermula dari hasil karya Rinus Michel. “Rome was not built in a night”. Ya, tidak ada kesuksesan dalam semalam. Semua keberhasilan merupakan akumulasi dari upaya berkelanjutan.