August 29, 2010

Petuah Buya HAMKA



Buya Hamka dikenal tidak saja sebagai seorang ulama besar tetapi juga sebagai seorang sastrawan. Karya- karya beliau di bidang sastra antara lain adalah "Tenggelamnya kapal Vander Wijk" dan Tassawuf Modern.

Sementara itu, karya fenomenal beliau adalah tafsir Al-Azhar yang dikerjakan saat beliau berada dalam tahanan politik presiden Soekarno, yang beberapa tahun kemudian jenazahnya diimamkan beliau. Sungguh sosok buya Hamka adalah salah seorang yang patut diteladani. Tidak ada dendam karena semua tindakan semata-mata hanya karena Allah saja.

Kerasnya ujian yang dihadapi beliau dalam menegakkan kebenaran yang diyakininya bukan berarti menjadi penghalang bagi beliau untuk tetap berkarya dan berprestasi yang terefleksikan pada salah satu karya beliau berupa petuah berikut ini:

Tahan menderita kepahitan hidup sehingga penderitaan menjadi kekayaan adalah bahagia.

Kenal akan keindahan dan sanggup menyatakan keindahan itu kepada orang lain adalah bahagia.

Sewaktu kecil anak-anak lelaki menjadi perhiasan mata karena lucunya, karena dia tumpuan harapan, maka setelah dia besar, dia menjadi kebanggaan karena kejayaan hidupnya.


Ikhlas dan sejati akan bertemu di dalam senyuman anak kecil, senyum yang sebenarnya senyum,senyum yang tidak disertai apa-apa.

Kegunaan harta tidak dimungkiri - Tetapi ingatlah yang lebih tinggi ialah cita-cita yang mulia

Adil ialah menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar,
mengembalikan hak yang empunya dan jangan berlaku zalim di atasnya.

Berani menegakkan keadilan, walaupun mengenai diri sendiri, adalah puncak segala keberanian

Yang benar tetap benar, yang salah tetap salah. Kaya dan miskin dihadapan keadilan adalah sama.

Berkisar dan berpaling dari keadilan kerana dorongan hawa nafsu hanyalah mempersulitkan diri sendiri.

Kata - kata yang lemah dan beradab dapat melembutkan hati dan manusia yang keras.

Hawa nafsu membawa kesesatan dan tidak berpedoman dan akal menjadi pedoman menuju keutamaan. Hawa nafsu menyuruh mengelamun, berangan-angan, tetapi akal menyuruh menimbang.

Tidak semua orang yang menolak kebenaran itu tidak tahu bahwa yang ditolakkanya itu benar.

Tiga rukun yang benar dan perlu dalam mencapai utama yaitu dengan tabiat, dengan pengalaman dan dengan pelajaran.

Adapun musuh yang sentiasa menghalangi manusia mencapai keutamaan ialah hawa - nafsu yang menyebabkan marah dan dengki.

Sumber: Dunia Sastra Indonesia

No comments:

Post a Comment