December 28, 2010
Musisi 80-an Sepertinya Harus Turun Gunung Lagi… (Catatan Pinggir “Live Performance” Fariz RM @Friday Jazz Night, Pasar Seni Ancol)
Foto: Neilstha Firman–80-an
Barangkali banyak pihak yang akan sepakat menyatakan bahwa salah satu era emas musik Indonesia itu terjadi pada era 80-an dimana suguhan musik-musik yang dihadirkan ke masyarakat begitu variatifnya, baik dari jenis musik maupun tematiknya. Masyarakat tentu masih ingat era lagu-lagu “menye-menye” ala Pance Pondaag, Obbie Messakh, Deddy Dores yang umumnya dirilis oleh label JK Records, begitu juga Rhoma Irama dan kawan-kawan dari musik dangdut, Krakatau, Karimata mewakili jazz fusion, God Bless, Makara dan lain-lain mewakili rock, hingga musik-musik pop progressive ala Fariz RM, Iwan Fals, Mus Mujiono, Oddie Agam dan banyak lagi.
Selain lagu-lagu pop sentimentil ala JK Records, umumnya musik-musik dari genre musik lainnya juga menghadirkan tematik yang menyuarakan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat seperti “Judi” yang dibawakan oleh Rhoma Irama, Makara dengan ‘Sangkakala”, “Fabel” dan tentu saja “Laron-laron”, Iwan Fals dengan “Wakil Rakyat”, “Bung Hatta”, “Kereta Tiba Pukul Berapa?” dan lain-lain, God Bless dengan “Kehidupan”, “Semut Hitam”, “Badut-badut Jakarta” dan masih banyak lagi yang bertutur atau menyentil situasi sosio-politik dan mampu mendeskripsikan kehidupan ‘wong cilik’ yang masih mayoritas di negeri ini. Sementara nama-nama seperti Fariz RM, Mus Mujiono, Oddie Agam dan kawan-kawan yang walaupun umumnya hadir dengan lagu-lagu bertema cinta, tetapi karena sajian musiknya yang ‘rancak’ dan variatif, maka karya-karya mereka itu masih asyik disimak hingga sekarang.
Membandingkan dengan lagu-lagu Indonesia sekarang yang umumnya ditampilkan oleh berbagai band pria, menurut saya, karya-karya band-band itu sepertinya hanya bertahan dalam waktu yang relatif singkat saja. Mungkin hal ini terjadi karena keseragaman tematik dan genre musik yang dihadirkan sehingga gampang membuat orang bosan. Terasa sekali dominasi industri musik sehingga band-band itu tampil sesuai dengan selera pasar yang sebenarnya mulai jenuh untuk tidak mengatakan sebagai sudah ‘jengah’. Musik Indonesia sekarang sepertinya hanya bicara soal kuantitas ekonomis saja.
Sebagai sebuah karya seni, musik sejatinya dapat menjadi salah satu inspirasi kehidupan, pembuai imajinasi inspiratif yang dapat mengiringi perjalanan kehidupan seorang penikmatnya. Musik-musik yang segar menurut saya akan dapat menjadi media hiburan yang membakar semangat seseorang dalam mengarungi kehidupannya. Namun begitu, ada juga upaya dari berbagai pemusik yang mencoba mencari alternatif untuk menyegarkan musik Indonesia dengan tampil secara independen seperti nama-nama band Koil, KJP dan lain-lain yang sayangnya, karena distribusi dan promosi yang terbatas, gaung mereka seperti tidak bergema sama sekali dibandingkan dengan ‘mainstream’ musik yang tengah “bertahta”.
Salah satu upaya lainnya dalam menyegarkan kembali musik Indonesia adalah dengan dengan menggiatkan kembali panggung-panggung musik yang menghadirkan berbagai musisi lintas zaman dan genre. Barangkali itulah salah satu alasan yang membuat Donny Hardono dengan Donny Sound System (DSS) -nya dan Pasar Seni Ancol menggelar kembali Friday Jazz Night di Pasar Seni Ancol yang sudah cukup lama tenggelam. Panggung musik ini yang walaupun bertitel Jazz menghadirkan berbagai musisi lintas genre. Sebulan yang lalu, panggung Pasar Seni menampilkan salah seorang musisi kharismatik Indonesia, Fariz RM yang didukung sejumlah musisi seperti gitaris Donny Suhendra, perkusionis Iwan Wiradz dan kawan-kawan yang tegabung dalam Anthology Band.
Pilihan untuk menampilkan musisi Fariz RM, menurut saya, adalah suatu hal yang sangat tepat sekali menuju upaya itu. Musisi multi-instrumentalis ini terasa istimewa menilik perjalanan karir bermusiknya yang telah menerbitkan sekitar 1700 karya musik selama rentang 30-an tahun karir bermusiknya ini. Selain itu, kiprah “pengembaraan”-nya di sejumlah band dan kerjasama dengan berbagai musisi lintas genre hingga “rangkap” jabatannya pada berbagai posisi instrumen musik di banyak group band, yang dilakukannya pada satu periode waktu tertentu mungkin menjadi alasan panitia menampilkannya.
Panggung ketika itu terasa sangat asyik dan mendekatkan para penikmat musik dengan para musisi yang tampil. Musisi tidak tampil dalam balutan selebritinya tetapi dalam kapasitasnya sebagai seniman hingga suasana yang tercipta “menyatu” seperti yang diinginkan Fariz RM saat mengawali penampilannya, “Saya menginginkan keakraban di sini dan semoga para penonton bisa “menyatu” menikmati karya-karya saya.” Tak lupa, Fariz juga mengajak para penonton untuk beramal sebagai bentuk kepeduliannya sebagai seorang warga negara Indonesia yang tengah dilanda musibah dan malam itu, para penonton mampu menggalang dana senilai 4 juta lebih. Setelah itu, para penonton “hanyut mengalir” menyimak dan bernyanyi bersama sang idola hingga tak terasa waktu berjalan hingga jam 10:30 saat panggung usai.
Fariz RM sendiri tampil prima layaknya dua puluhan tahun silam. Penonton juga mendapat kejutan dengan kemunculan tiba-tiba salah seorang musisi kharismatik Indonesia lainnya, Mus Mujiono yang hadir sebagai penonton. Fariz mendaulat sahabatnya itu untuk tampil bersama. “No, gue tahu loe ada di situ, ayo sini ke panggung,” ajak Fariz kepada Mus Mujiono. Dan penonton pun mendapatkan kepuasannya dengan penampilan “George Benson” Indonesia itu membawakan salah satu “lagu wajib”-nya, ‘Masquarade’.
Bagi saya, penampilan Fariz RM bersama Anthology Band menjadi sebuah ‘oase’ dahaganya saya akan penampilan musik-musik Indonesia berkualitas. Ditengah menikmati suguhan musik yang dihadirkan saya membayangkan musisi-musisi seperti Fariz RM, Mus Mujiono, dan lain-lainnya sepertinya memang harus “turun gunung lagi” dengan membuat karya-karya rekaman terbaru mereka sehingga karya-karya musik Indonesia kembali semarak.
Sebuah kejutan lagi bagi saya seolah menjawab apa yang ada di benak saya malam itu ketika Fariz RM melontarkan bahwa ia sedang bekerjasama dengan Erwin Gutawa untuk menggarap album terbarunya yang rencananya akan dirilis Januari 2011. Wah…Sangat ditunggu nih…:)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment