January 15, 2010

Facebook Mania



Demam facebook akhir-akhir ini hampir terjadi di seluruh penjuru dunia. Di beberapa negara, fenomena demam facebook ini memaksa banyak pemilik atau pimpinan perusahaan melarang para karyawannya membuka situs ini di kantor-kantor mereka. Para pimpinan beralasan bahwa para karyawan mereka menjadi terlena membuka situs ini sehingga produktifitas kerja para karyawan menjadi terganggu. Bagaimana dengan di Indonesia?

Masyarakat Indonesia juga tidak mau ketinggalan dengan kecenderungan ini. Di hampir setiap kota di Indonesia, banyak kalangan masyarakat sedang keranjingan dengan jejaring pertemanan virtual ini. Facebook membuat dunia semakin kecil. Hubungan pertemanan antar individu yang mungkin telah terputus komunikasi selama puluhan tahun dapat dipersatukan kembali. Seseorang yang telah mendaftarkan dirinya dalam situs jejaring ini dapat mengakses keberadaan teman-teman lamanya sekarang. Seorang yang katakanlah si Tono dapat mengetahui keberadaan teman-teman sekolah menengahnya dulu. Dengan catatan beberapa dari banyak temannya itu juga telah terdaftar di dalam jejaring itu.

Di kota-kota besar seperti Jakarta, keberadaan facebook ternyata dapat membawa berkah bagi para pengusaha kuliner seperti café, restaurant, mal, meeting point dan hotel. Sekarang ini, bila Anda berkunjung ke mal atau restaurant di akhir pekan atau di hari libur lainnya, Anda akan banyak mendapati berbagai acara reuni sekolah atau perguruan tinggi yang terjadi karena facebook.

Fenomena demam facebook ini ternyata juga telah mendorong para ilmuwan di University of Georgia melakukan penelitian. Para ilmuwan tersebut meneliti kaitan antara facebook dengan tingkat kenarsisan seseorang. Penelitian ini menggunakan tes kuesioner kepribadian yang disebarkan ke sekitar 130 pengguna Facebook dan menganalisa konten profil mereka. Dari situ dapat diketahui tingkat kenarsisan dan egoisme seseorang. Para peneliti mengatakan bahwa jumlah pesan dan postingan di halaman mereka sangat berkorelasi dengan seberapa narsisnya mereka. Pimpinan studi Laura Buffardi Ph.D, mengatakan bahwa ini setara dengan seberapa narsisnya mereka di dunia nyata. Orang yang narsis di Facebook bisa ditandai dengan tampilan yang glamour pada foto diri utama mereka. “Kami temukan bahwa orang yang narsis menggunakan Facebook sebagai promosi diri sendiri agar dikenal oleh orang lain,” jelas Buffardi.

Narsisme itu ternyata merugikan. Seorang yang narsis akan menghalangi kemampuannya dalam berinteraksi dan membangun relasi. Biasanya hubungan yang mereka bangun tidak akan bertahan lama. Begitu uraian yang dikemukan salah seorang peneliti dari penelitian ini, W. Keith Campbell. Namun demikian, orang yang gemar facebook belum tentu semuanya bersifat narsis. Orang yang narsis biasanya akan berupaya tampil seimpresif mungkin agar mereka menjadi pusat perhatian. Mereka biasanya bersikap sangat superior, seolah tanpa cela. “Orang narsis bisa jadi terlihat sangat menarik, tapi mereka biasanya merasa lebih hebat dari orang lain. Mereka suka melukai orang lain di sekitarnya,” ujar Campbell. Tetapi jangan digeneralisasi dulu, karena tidak semua orang yang tergabung dalam jejaring facebook tergolong sebagai manusia narsis. Bagaimana dengan Anda sendiri? (nfr)

Sumber: LiveScience. Merry Magdalena@Netsains.com

No comments:

Post a Comment