January 11, 2010

Balada Kembang, Kumbang dan Kupu-kupu



Tiga makhluk indah ini saling melengkapi. Kumbang menghisap madu yang dimiliki kembang. Kembang yang indah akan menarik minat kupu-kupu untuk menghinggapinya. Kita menyaksikan keindahan saat kupu-kupu hinggap di atas kembang. Suatu kombinasi warna sempurna yang acap menarik minat para fotografer mengabadikannya. Para pelukis, penyair dan musisi pun demikian.

Tiga makhluk Tuhan telah dijadikan personifikasi manusia, dimana kembang sebagai personifikasikaum wanita, sementara kumbang sebagai personifikasi kaum pria. Anehnya, kupu-kupu malah dijadikan personifikasi dari kaum wanita juga. Padahal, baik kumbang maupun kupu-kupu bisa mencari dan hinggap di atas kembang yang mereka suka. Kupu-kupu dipersonifikasikan secara negatif. Maka, siapapun akan tahu apa maksud dari personifikasi kupu-kupu malam. Apalagi Titiek Puspa telah membuatnya semakin terkenal dengan gubahannya yang monumental itu.

Mengapa kumbang identik dengan kaum pria? Pria umumnya tidak betah untuk berdiam diri dan selalu ingin melangkah sebagaimana halnya kumbang yang gemar berterbangan kian kemari. Lalu, mengapa kembang identik dengan wanita? Wanita diibaratkan sebagai makhluk indah ciptaan Tuhan sebagaimana halnya dengan kembang. Kembang terdiri dari berbagai jenis dan warna. Semuanya indah. Halaman yang kosong akan menjadi indah dengan adanya taman yang ditanami kembang. Begitu juga dengan ruangan. Ruangan akan indah dan semerbak. Kumbang akan sangat suka dengan tempat-tempat seperti itu. Mereka akan betah dan berhenti berterbangan kesana-kemari lagi. Begitu juga dengan manusia. Bila seorang pria telah mendapatkan tambatan hatinya sebagaimana kembang yang indah dan semerbak, maka sang kumbang tidak akan berterbangan lagi hingga sang kembang layu. Egoiskah sang kumbang? Bisa ya, bisa tidak.

Konotasi kata layu dari personifikasi kembang ini tentunya beragam. Para pria akan melihatnya dari kacamata yang berbeda. Ada yang menganggapnya berdasarkan fisik dan ada juga yang menganggapnya secara emosional. Disinilah sang kembang dituntut untuk bagaimana memperhatikan keindahannya agar sang kumbang betah dan tidak berhasrat mencari kembang yang lainnya. Tetapi dalam kehidupan manusia, tidaklah semua pria demikian. Di zaman sekarang kita malah sering melihat para wanita yang melakukan perselingkuhan dan pergi meninggalkan kaum pria. Ada berbagai alasan tentunya. Kembali pada personifikasi, ternyata bukan hanya kembang yang harus memperhatikan diri mereka, ternyata juga kumbang, karena kembang pun ternyata bisa bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Ya mestinya pria dan wanita harus bisa bersinergi. Saling melengkapi sebagaimana kumbang dan kembang…(nfr)

No comments:

Post a Comment