January 11, 2010

Gus Dur dan Abraham Lincoln



Belum lama berselang tepatnya di penghujung tahun lalu, Indonesia kembali kehilangan sosok cemerlang yang bernama KH Abdurrahman Wahid yang lebih sering dipanggil dengan Gus Dur. Sudah banyak cerita atau artikel yang ditulis tentang tokoh nyeleneh ini. Beliau dikenal sebagai tokoh pemikir, jenaka, dan sebagai tokoh pluralisme. Hal terakhir ini mengingatkan saya trntang seorang sosok pemersatu lainnya yang berasal dari negara paman Sam alias Ameika Serikat. Dia tak lain dan tak bukan adalah Abraham Lincoln yang dulunya juga menjadi presiden di negara besar itu.

Presiden Lincoln dikenal sebagai pencetus Proklamasi Pembebasan yang menyatakan bahwa semua budak belian di Amerika, baik selatan maupun utara, akan bebas mulai per 11 Januari 1863. Abraham Lincoln memiliki nama akrab lainnya, yaitu Abe Lincoln dan menggunakan nama julukan (nickname) Honest Abe, Rail Splitter, dan Great Emancipate. Dilahirkan di Kentucky pada 12 September 1809 dengan kedua orang tua yang miskin dan tidak berpendidikan. Lincoln hanya mengecap pendidikan selama kira-kira setahun, tetapi karena memang memiliki keistimewaan seperti orang-orang jenius pada umumnya, dalam waktu singkat itu ia dapat membaca, menulis dan berhitung. Ketika ia beranjak dewasa ia berusaha keras untuk menambah pengetahuannya. Ia menggunakan sebaik-baiknya semua buku yang dapat dibacanya, akhirnya ia berhasil menjadi seorang ahli hukum pada usia 28 tahun.

Sebelum menjabat presiden dan sebelum terjun dalam bidang politik, Abraham Lincoln bekerja di berbagai bidang. Ia pernah bekerja sebagai pembelah kayu pagar, menjadi tentara, menjadi kelasi di kapal-kapal sungai, juru tulis, mengurus kedai, kepala kantor pos, dan pengacara. Perjalanan Karier Politik Lincoln sungguh menginspirasi dengan semangat pantang menyerahnya dan tidak pernah mengenal kata pecundang walaupun ia banyak diterpa badai cobaan hingga benar-benar disebut sebagai seorang pecundang oleh orang-orang yang iri terhadapnya. Untuk mengambil analogi, ia memang seorang landak sejati. Coba tengok beberapa deraan yang pernah menerpanya berikut ini. Pada tahun 1831, Lincoln yang tengah mengalami kemunduran dalam karier yang ditekuninya, ia mencoba banting stir untuk berganti haluan dan mencalonkan diri menjadi anggota dewan tingkat local, namun gagal. Tahun berikutnya ia kembali mengalami kejatuhan. Kemudian dua tahun selanjutnya, istrinya meninggal. Setahun kemudian, ia sempat linglung yang membuatnya hampir masuk rumah sakit jiwa. Kemudian pada tahun 1837 ia kalah dalam sebuah kontes pidato. Lantas, tiga tahun berikutnya, ia kalah dalam pemilihan anggota senat, ia juga kembali kalah untuk duduk sebagai seorang anggota kongres pada tahun 1842. Kegagalan masih menerpanya saat gagal lagi pada tahun 1848 dan 1855. Pada tahun 1858, bintang terang mulai datang ke kehidupan Lincoln. Ia menjadi buah bibir di seluruh Amerika Serikat saat berdebat dengan Stephen A. Douglas dalam kampanye pemilihan Senator Amerika.

Dua tahun berselang sejak kalah dalam pemilihan senator, partai Republik memilihnya menjadi calon presiden. Masalah perbudakan menjadi isu yang sangat mengemuka saat itu yang nyaris membuat Amerika Serikat mengalami perpecahan. Dan kesabaran Lincoln dalam menyikapi berbagai deraan hidup akhirnya berbuah manis dengan dilantiknya ia menjadi presiden ke-16 negeri Paman Sam itu pada tanggal 6 November 1860.

Sekarang, tempat mana ia mengukuhkan janjinya sebagai seorang presiden telah berubah menjadi tempat monumental yaitu Lincoln Memorial Center dimana setiap presiden Amerika Serikat yang dilantik akan menghadap ke gedung itu. Hal tersebut merupakan bentuk apresiasi rakyat Amerika Serikat terhadap jasa-jasa Lincoln dalam mempersatukan Amerika dan meniadakan perbudakan, merekat perbedaan etnis sehingga apa yang Barrack Obama nikmati sekarang, tidak lepas dari jasanya.

Pada masa-masa perang saudara tengah berkecamuk, Abraham Lincoln mengeluarkan Proklamasi Pembebasan yang mengubah hajat hidup orang banyak di Amerika. Proklamasi itu menyatakan bahwa semua budak belian di negara-negara bagian ataupun daerah-daerah negara-negara bagian yang melawan Amerika Serikat akan bebas per 1 Januari 1863.Proklamasi itu mencetuskan semangat semua orang yang memperjuangkan kebebasan, dan menjad pendorong ke arah penghapusan perbudakan di seluruh Amerika Serikat. Pada kesempatan kedua, Lincoln kembali dipilih menjadi presiden pada tahun 1864 ditengah kegemilangan militer Amerika Serikat menuju berakhirnya perang saudara. Dalam mencanangkan perdamaian, Lincoln lebih mengutamakan fleksibelitas dan kooperatif. Ia menghendaki orang-orang selatan yang memberontak supaya meletakkan senjata dan kembali ke pangkuan Amerika Serikat. Semangat yang menjadi pedomannya jelas serupa dengan semangat pidato pelantikannya yang kedua. Kalimat ini kini terukir di salah satu dinding tugu peringatan Lincoln (Lincoln Memorial) di Washington DC yang berbunyi: “Dengan keteguhan hati dan kebenaran yang sesuai dengan titah Tuhan, marilah kita berusaha untuk menyelesaikan tugas kita sekarang, yaitu menyembuhkan luka-luka bangsa.”

Saat Presiden Lincoln berusia 56 tahun, Lincoln ditembak oleh seorang yang tengah mengalami depresi bernama John Wilkes Booth yang menentang diserahkannya tentara Konfederasi kepada pemerintah setelah berakhirnya perang saudara. Presiden Lincoln dimakamkan di Springfield, AS dan jasa-jasanya dikenang oleh Amerika dan dunia sebagai pejuang demokrasi.

Lalu bagaimana dengan Gus Dur sendiri? Tak terbantahkan, tokoh yang satu ini juga adalah pejuang demokrasi, puas dengan cercaan dan tudingan namun hingga akhir hayatnya beliau tetap kokoh konsisten dengan pendiriannya yang gandrung akan perdamaian dan layak dijadikan sebagai salah seorang pahlawan nasional Indonesia. (nfr)

Dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment