January 15, 2010

Imajinasi


“Imagination is more important than knowledge” –Albert Einstein.

Maria Ozawa alias Miyabi. Rasanya hanya sedikit orang Indonesia yang tidak mengetahuinya, terutama kaum Adam.Apalagi beberapayang lau, nama ini sempat memunculkan sebuah kontroversi karena akan didatangkan ke Indonesia untukmembintangi sebuah film. Akhirnya Miyabi urung datangdan digantikan oleh seorang artis porno Jepang lainnya. Anehnya,hal ini bisa berjalan mulus dan film itu sudah ditayangkan di berbagai sinema tanah air.

Kembali pada Miyabi, muda, energik, cantik dan sexy. Itulah gambaran seorang Miyabi. Walaupun untuk dua kategori yang terakhir, relatif sifatnya, karena setiap orang punya pandangan sendiri-sendiri. Kalau kita tanyakan kepada para lelaki normal mengenai sosok Miyabi, maka mereka akan banyak memberikan jawaban yang diselingi dengan tawa, minimal senyum. Jawaban umumnya akan berkonotasi nakal dan porno.
“Sebenarnya, imajinasi kitalah yang kotor,” kata seorang teman mengomentari sebuah foto Miyabi yang dilihatkan kepadanya.

Sebagaimana setiap hal yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa itu selalu berpasang-pasangan. Ada malam, ada siang. Ada baik, ada buruk. Ada positif, ada negatif. Maka, sebuah imajinasi haruslah diarahkan kepada hal-hal yang positif. Wright bersaudara berhasil terbang karena sebuah imajinasi positif. Akhirnya terciptalah pesawat terbang. Bahkan, kita mengenal pesawat ruang angkasa. Imajinasi memang merupakan sesuatu yang dahsyat. Darinya bisa timbul fantasi. Sebuah imajinasi bisa melahirkan banyak gagasan brilian dan menghasilkan prestasi. Bahkan, seperti yang ditulis di awal tulisan ini, seorang Einstein pun pernah berucap bahwa imajinasi itu lebih penting dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan imajinasilah semua peradaban itu dibangun. Si gila, si pecinta, dan si pujangga, semua padat dengan imajinasi, demikian kata William Shakespeare dalam sandiwara ‘Mid-Summer Night's Dream’.

Ada pula yang mengatakan bahwa pelaut biasa hanya melihat lautan luas, sedangkan penemu wilayah baru bisa melihat daratan yang terbentang di seberang lautan. Kuncinya adalah membayangkan sesuatu dan membuat bayangan itu menjadi kenyataan. Seperti pemahat ulung di Bali yang ingin membuat patung batu mirip Garuda, dia ambil balok batu besar dan dia ketrak-ketrok membuang kepingan batu sampai menemukan Garuda yang tersembunyi di dalam batu itu. Melihat keindahan yang tersembunyi dalam kesederhanaan, itu bakat seorang pelatih, pelukis, negarawan, yang sanggup melompati pesimisme orang lain dan melihat cerah di ujung terowongan. Mereka visioner sekaligus revolusioner. Konkritnya, Pablo Picasso menjelaskan, saya melukis benda sesuai apa yang saya bayangkan, bukan menurut apa yang dilihat oleh mata saya. Kreativitas yang didambakan semua orang dan diapresiasi sangat tinggi dalam kualifikasi seseorang diciptakan oleh perpaduan antara imajinasi tanpa batas seorang anak kecil dengan lawannya, ketertiban yang dipaksakan oleh kesadaran orang dewasa. ‘Thinking out of the box’ menjadi prasyarat untuk menciptakan sesuatu yang segar. Imajinasi tidak lain daripada kecerdasan yang sedang santai. Jangan sampai keseriusan mengalahkan sudut pandang yang santai.

Lalu kembali kepada sosok Miyabi, bagaimana menurut Anda mengenai imajinasi para lelaki normal umumnya terhadapnya? It's not what you look at that matter, it's what you see, demikian kata Henry David Thoreau.

Sumber:
Wimar Witoelar@Perspektif-online, www.imponksible.blogspot.com

No comments:

Post a Comment