January 15, 2010

Popularitas


Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata popularitas memiliki arti dikenal dan disukai banyak orang; disukai dan dikagumi orang banyak (KBBI: 1988: 695). Popularitas menjadi sebuah hal yang dekat dengan kalangan artis dan politisi. Barangkali dua kalangan itulah yang sedang ‘naik daun’ di ruang publik belakangan ini.

Sekarang ini banyak orang yang ingin meraih popularitas. Banyak yang menyangka, dengan menjadi popular maka uang akan mudah mengalir ke kantong mereka, plus berbagai privilese dari masyarakat. Mungkin mereka ada benarnya juga, tetapi di sisi lain, mereka tidak menyangka (atau pura-pura tidak tahu) bahwa kepopuleran mereka menuntut banyak harga yang harus mereka bayarkan sebagai konsekuensinya.

Kasus kematian ikon pop Michael "Jacko" Jackson menjadi pembuktian wajah ganda popularitas. Sepanjang empat dekade menekuni dunia hiburan, Jacko terlihat gamang menjalani hidupnya yang penuh popularitas. Kegamangan tersebut tampak dari ketidakpercayaan dirinya atas penampilannya sebagai keturunan kulit hitam. Maka, Jacko melakukan operasi plastik untuk mengubah bentuk wajah dan warna kulitnya. Di sisi lain, Jacko menciptakan fantasinya sendiri di kediaman pribadinya di Neverland dengan menampung banyak anak sebagai cara mengobati masa kanak-kanaknya yang hilang. Ini hanya sebagian kecil wajah kegamangan dalam diri Jacko. Sejarah sang legenda musik pop itu pun menautkan ingatan orang pada sosok ikon pop popular lainnya, yang juga merupakan mantan mertua Jacko, Elvis Presley.

Seperti halnya Presley, Jacko meraih popularitas dengan sangat cepat, tetapi seakan kehilangan segalanya dengan sangat cepat pula. Kematian Jacko yang diduga gagal jantung karena sebelumnya meminum obat penahan rasa sakit dengan alkohol mirip dengan kematian Presley. Meninggal di usia masih muda 42 tahun pada 1977, Presley diduga juga terkena serangan jantung akibat pemakaian berbagai macam obat bius. Meski hasil investigasi penyebab kematian Jacko masih dalam proses yang memakan waktu selama beberapa pekan, paling tidak, kita bisa memasukkan Jacko dan Presley mewakili beberapa nama ikon dunia yang sangat popular yang meninggal secara kontroversial. Mereka meninggal karena popularitas mereka. Menjadi terkenal, tidak saja mengorbankan identitas si subyek popular sendiri, tetapi juga orang lain yang mengidolakannya.

Sementara itu musisi dalam negeri, Fariz Roestam Moenaf yang pernah merasakan pengalaman mengerikan saat ia masih di awal karirnya pada tahun 1981. Seorang penggemarnya di Medan, yang bernama Munie, sekarat karena hendak melakukan bunuh diri tatkala mengetahui konser musisi idolanya tersebut ditunda oleh panitia penyelenggara. Dari pengalaman itu, Fariz mengatakan bahwa popularitas itu tidaklah menyenangkan, justeru mengerikan. Namun, fenomena yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ditandai dengan maraknya acara-acara kontes dari berbagai stasiun tv yang menawarkan popularitas instan kepada masyarakat.

Di tengah himpitan ekonomi akibat krisis berkepanjangan yang dihadapi oleh mayoritas masyarakat Indonesia saat ini, kesempatan-kesempatan seperti itu dianggap sebagai berkah yang akan memberikan mereka banyak uang. Padahal, seperti sebuah pepatah asing ; “there is no free lunch in the world”, segala sesuatunya itu menuntut harga, yang kadang-kadang justeru lebih mahal daripada hasil yang didapatkan. Semuanya memang mengenai pilihan. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda ingin terkenal juga? Menjadi terkenal itu tidak salah asalkan di jalur yang benar bukan seperti Anggodo, Artalita dan lain-lainnya. Selain itu, juga harus mempersiapkan mental terlebih dahulu agar tidak kaget nantinya.

Sumber:
okezone.com,
The World of Eriek’s Written.blogspot.com,
Fariz RM –Living in Harmony

No comments:

Post a Comment