January 15, 2010

Membuat Keputusan


Hidup adalah untuk membuat pilihan. Mengapa demikian? Setiap orang pasti dihadapkan dengan berbagai pilihan setiap harinya. Mulai dengan menentukan sarapan apa yang akan disantap di pagi harinya. Untuk urusan-urusan seperti itu barangkali kita tidak terlalu memusingkannya karena sudah merupakan suatu rutinitas harian dan merupakan urusan yang sepele. Nah, lalu bagaimana dengan menentukan pilihan yang akan berpengaruh besar bagi kehidupan kita pribadi atau orang lain?

Membuat keputusan untuk berbagai urusan yang berpengaruh signifikan tersebut tentunya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan kita. Ada banyak pertimbangan yang harus diperhatikan sebelum seseorang menentukan pilihan keputusan yang akan diambilnya.

Berikut ada sebuah kisah menarik tentang membuat keputusan dari kisah pribadi mantan presiden Amerika Serikat Ronald Reagan. Reagan menyatakan bahwa beginilah ia belajar, sejak masih muda, untuk membuat keputusan-keputusan yang mantap dan tegas. Menurut kisahnya, seorang bibi yang baik hati pernah mengajak dia menemui seorang tukang sepatu untuk membuat sepatu untuknya. Si pembuat sepatu bertanya, "Kamu ingin ujung sepatu yang persegi atau bulat?" Reagan muda berbicara tidak jelas dan ragu-ragu, jadi si pembuat sepatu berkata,"Kembalilah sehari atau dua hari lagi dan beritahu saya apa yang kamu inginkan." Beberapa hari kemudian si pembuat sepatu melihat Reagan di jalan dan bertanya apakah ia telah mengambil keputusan tentang sepatu itu. "Saya belum bisa mengambil keputusan," jawab Reagan. "Bagus sekali," kata si pembuat sepatu, kemudian ia memberitahu pelanggannya itu, "Sepatumu akan selesai besok." Ketika Reagan menerima sepatunya, yang satu berujung bulat dan yang lain berujung persegi! Reagan menyimpulkan, "Melihat kembali sepasang sepatu itu setiap hari memberi saya suatu pelajaran.

Jika Anda tidak membuat keputusan sendiri, orang lain akan membuatkannya untuk Anda." Biasanya, keputusan yang dibuat oleh orang lain untuk Anda akan mengecewakan Anda. Ingatlah selalu bahwa tidak membuat keputusan, adalah sebuah keputusan! Tidak mengambil keputusan seringkali lebih buruk daripada bertindak salah.

Dari kisah Reagan, kita dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa untuk membuat keputusan dari urusan kita maka suatu keputusan itu harus datang dari diri kita sendiri bukan orang lain. Berikut ada juga sebuah kisah menarik yang terjadi pada tahun 1953. Karir James Burke di Johnson & Johnson hampir berakhir bahkan sebelum ia sempat memulainya. Segera setelah dia masuk di perusahaan, dia dipercaya sebagai direktur produk untuk beberapa ragam obat-obatan untuk anak-anak. Seluruhnya gagal - gagal berjuta-juta dollar. Dia pun dipanggil ke kantor atasan, dan beranggapan kuat dia akan dipecat. Namun ternyata atasan tertinggi Johnson berkata padanya bahwa bisnis ini adalah tentang pengambilan keputusan. Anda tidak membuat keputusan tanpa kemudian berbuat kesalahan. Yang penting jangan sampai membuat kesalahan dua kali. Lagipula, perusahaan sudah berinvestasi jutaan dollar untuk mendidik si James Burke ini. Kalau sudah begitu, perusahaan tentu tidak akan dengan mudahnya melepaskan Burke. Kapankah Anda alami pembelajaran yang paling berkesan dalam karir Anda? Mungkin adalah pada saat Anda telah membuat suatu kesalahan serius. Satu kesalahan serius justeru memberi pembelajaran lebih banyak ketimbang rangkaian keputusan sukses yang digabung jadi satu. Masalahnya adalah ketika kita semakin bertambah tua dan berpengalaman, kita merasa jadi lebih sedikit melakukan salah. Kita memang bagus pada hal-hal yang kita lakukan, tapi bukan berarti kita bebas dari menghasilkan kesalahan, bukan? Ketika masih balita, kita tersandung dan jatuh berulang kali. Orang akan mengatakan bahwa kita imut dan lucu. Namun ketika kita berbuat salah di saat usia dewasa, orang tentu akan menyatakan hal yang berbeda. Kita dihukum, dipecat, dan bahkan mungkin dipermalukan. Yang namanya salah memang tidak mengenakan. Tapi semakin sedikit kesalahan yang kita buat, semakin sedikit juga kita belajar.

Pimpinan yang tidak sebijak General Johnson mungkin akan memecat Burke saat itu juga. Dengan memperkenankan Burke untuk membuat kesalahan besarnya, Johnson telah mendidik seorang eksekutif yang kelak kemudian menjadi salah satu pimpinan terhebat di Johnson & Johnson dan juga salah satu CEO paling berani dan juga dihormati, dan disebut oleh majalah Fortune sebagai “10 Greatest CEOs of All Time”. General Johnson juga membantu menciptakan budaya perusahaan yang memperkenankan adanya kesalahan. Bagi Burke sendiri, kesalahan yang telah dilakukan itu amatlah berarti dan tak akan pernah bisa dilupakan. Pada 1982, dia menghadapi sebuah krisis di mana terdapat tujuh orang meninggal di Chicago dari produk Tylenol akibat Sianida. Ini bisa menjadi akhir yang buruk bagi merk Tylenol, penghasil penghilang rasa sakit terbesar di Amerika, dan bahkan bisa juga jadi akhir bagi perusahaan itu sendiri. Burke mengambil risiko yang amat besar dengan menarik jutaan botol Tylenol. Di saat itu, hal tersebut merupakan keputusan yang amat kontroversial, di mana etika ditempatkan di atas profit. Biaya langsung yang harus dikeluarkan sangat luar biasa besar, dan tingkat pengembaliannya pun tak jelas. Namun Burke telah menghabiskan seluruh waktu di karirnya untuk membuat keputusan berani berdasarkan sebuah prinsip. Dari kisah Burke diatas, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa untuk membuat keputusan yang mempengaruhi kehidupan orang banyak, Anda seharusnya membuat kesalahan lebih banyak.

Anda harus memperkenankan orang lain membuat kesalahan. Ini akan menjamin mutu keputusan yang akan Anda buat. Lakukan di berbagai bidang yang tidak begitu terlihat (publik) dan juga berisiko rendah. Jangan pertaruhkan seluruh karir atau seluruh usaha Anda (kecuali jika memang benar-benar dibutuhkan). Buatlah kesalahan, dan berikanlah penghargaan kepada mereka yang gagal untuk alasan yang benar. Semoga menginspirasi…Selamat berkarya (nfr).

Sumber: Kisah-kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin. Riel@UnitedFool.com Ahmad Gunthar pada Pemecahan Masalah@Bloom Laboratory

No comments:

Post a Comment